Lewati navigasi

Category Archives: Puisi

puisi-puisi yang bisa menawan hati

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng – iya – an

Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

Sumber : http://toppuisi.blogspot.com/search/label/WS%20Rendra

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Sumber : http://toppuisi.blogspot.com/search/label/WS%20Rendra

Aku datang kawan dengan sebuah harapan dan beribu penyesalan
Kutelusuri taman ini dengan sebongkah kelelahan

Aku datang kawan untuk bersama-sama denganmu melihat kegembiraan
Di taman ini tempat para penyair ingin ku lihat dan kutemui

Letih mataku ini kawan karena tak kulihat engkau
Dan membuat pupus harapku tuk gembira

Aku datang kawan walau dengan dosa

Sumber : http://toppuisi.blogspot.com/search/label/SAJAK%20SAMSUL%20BACHRI

Semilir angin dari dahan itu
Mengantarkan sebuah bisikan rindu
Seakan kata-kata merdu dari bibir sang dara
Yang butuh kembalinya kehangatan dan kemesraan

Bulan berbisik dalam sepi
Agar tak ganggu khayalmu tentang kasih
Seperti waktu itu ketika kau menangis
Karena Matahari telah rampas mimpi indahmu yang kau rangkai dengan sejumput
kasih

Kau masih merindukan akan cinta
Walau kau tahu itu hanya akan menambah bencana bagimu
Aku yang menawarkan kasih sayang untuk selalu melindungimu
Kau henyakkan bagai kau jijik melihat bangkai dari seorang penjahat yang
terbunuh

Inikah makna hidup dalam cinta itu
Ataukah ini arti dari keinginan cinta itu

Sumber : http://toppuisi.blogspot.com/search/label/SAJAK%20SAMSUL%20BACHRI

Dalam Buaian manusia seperti terkapar
Seiring roda perjalanan nasib sang waktu
Berurutan laksana prajurit bergaya
Manusia manusia itu masih terkapar dalam lenaan malam

Di ketuk dalam setiap hati dengan bisikan sang durjana
Dalam lelapnya sang gulita yang terlelap bak bayi
Di hujam dengan diam dalam relung kehidupan
Untuk melihat masih adakah nurani yang tersisa

Buaian dan bisikan-bisikan yang menggairahkan
Seperti membawa dalam peraduan syurga dunia

Dalam Buaian manusia seperti terkapar
Seiring roda perjalanan nasib sang waktu
Berurutan laksana prajurit bergaya
Manusia manusia itu masih terkapar dalam lenaan malam

Di ketuk dalam setiap hati dengan bisikan sang durjana
Dalam lelapnya sang gulita yang terlelap bak bayi
Di hujam dengan diam dalam relung kehidupan
Untuk melihat masih adakah nurani yang tersisa

Buaian dan bisikan-bisikan yang menggairahkan
Seperti membawa dalam peraduan syurga dunia

Sumber :http://toppuisi.blogspot.com/search/label/SAJAK%20SAMSUL%20BACHRI

Alam Masih tersenyum dengan manisnya dengan pedih yang tertahan
Dalam peraduan malam yang menghimpitnya
Dengan sedikit gelitik rindu dari buluh-buluh jejaka
Yang mencoba untuk mengganggunya

Walau air-air kehidupan itu masih terus mengalir
Alam masih tetap lemparkan senyumnya yang paling manis walau airmata
mengalir
Agar hati yang selalu penuh dengan merah dapat menjadi reda
Yang mencoba tuk mati menjadi enggan berpisah dengannya

Tangis Alam masih tetap sama
Sama seperti tangis tahun-tahun yang lalu
Tapi tangis manusia bisa berubah makna dan nama
Tidak sama seperti tangis-tangis terdahulu

Tangisan telah berubah dalam hitungan Tahun

Sumber : http://toppuisi.blogspot.com/search/label/SAJAK%20SAMSUL%20BACHRI

Pada lorong-lorong ini saat senja
Aku seperti terbuai akan sebuah lantunan sajak cinta
Syair-syair merdu itu seakan ingin ikut bersamaku dalam kegembiraan ini

Sajak cinta yang bercerita akan indahnya hidup
Dengan sejuta hasrat agar selalu ingin bersama
Sajak cinta akan Rabb yang selalu setia menjaga dan mengingatkan

Dalam syair-syair itu aku seperti yakin akan pilihanku
Dalam cinta yang tumbuh hanyalah rasa
Dalam kasih yang berkembang adalah jiwa

Dalam sajak cinta ini aku seperti manusia yang baru tersadar
Bahwa indahnya dunia ini bukan hanya untuk dinikmati seorang
Ikatlah jiwa lain dalam jiwamu untuk lebih indah

Sumber :http://toppuisi.blogspot.com/search/label/SAJAK%20SAMSUL%20BACHRI

Dalam gelap mataku coba menutup
Dalam gelap khayalku coba meraih
Dalam gelap impianku coba melambung
Dalam gelap semuanya sirna

Karena dalam gelap aku seperti buta
Karena dalam gelap aku seperti sampah
Karena dalam gelap aku terombang ambing
Karena dalam gelap aku tersadar…

Jangan hanya berkhayal yang kau coba
Tapi raihlah dengan tanganmu yang terbuka
Karena disana dia telah ada
Menantimu dalam kesadaran

Karena Gelapmu hanya satu sisi kehidupan yang nampak

Sumber : http://toppuisi.blogspot.com/search/label/SAJAK%20SAMSUL%20BACHRI